Minggu, 18 Desember 2011

arsitektur dan keunggulan LTE



Jaringan LTE dibagi menjadi dua  jaringan dasar,  yaitu E-UTRAN  (Evolved Universal  Terrestrial  Radio  Access  Network)  dan  EPC  (Evolved  Packet  Core). dibawah ini merupakan arsitektur unum LTE.



        1            eNodeB
Jaringan  akses  pada  LTE  terdiri  dari  satu  elemen,  yaitu  eNodeB. eNodeB  (eNB) merupakan  interface  dengan UE  (User Equipment.  eNodeB  berfungsi untuk Radio Resurce Management (RRM) dan sebagai transceiver.  Sebagai  RRM,  fungsi  eNodeB  adalah  untuk  mengontrol  dan mengawasi pengiriman sinyal yang dibawa oleh sinyal radio, berperan dalam autentikasi atau mengontrol kelayakan data yang akan melewati eNodeB, dan untuk mengatur scheduling.
        2            Mobility Management Entity (MME)
MME  dapat  dianalogikan  sebagai MSC  pada  jaringan  GSM. MME adalah  node-kontrol  utama  pada  jaringan  akses LTE.  Ia  bertanggung  jawab untuk prosedur paging untuk idle mode UE termasuk retransmisi. MME juga bertanggung  jawab  dalam  proses  aktivasi/deaktivasi  dan  autentikasi  user (dengan bantuan HSS). MME juga berfungsi untuk mengatur handover, yaitu memilih MME lain untuk handover dengan MME lain, atau memilih SGSN untuk handover dengan jaringan akses 2G/3G.
        3            Serving Gateway (SGW)
SGW  terdiri  dari  dua  bagian,  yaitu  3GPP Anchor  dan SAE Anchor. 3GPP  Anchor  berfungsi  sebagai  gateway  paket  data  yang  berasal  dari jaringan 3GPP,  sedangkan SAE Anchor  berfungsi  sebagai  gateway  jaringan non-3GPP.  SGW merutekan  dan memforward  paket  data  user,  sambil  juga berfungsi  sebagai  mobility  anchor  saat  handover  antar  eNodeB  dan  untuk menghubungkan LTE dengan jaringan lain yang sudah ada.
        4            Home Subscriber Server (HSS)
HSS adalah database utama yang ada pada jaringan LTE. HSS adalah sebuah  super  HLR  yang  mengkombinasikan  fungsi  HLR  sebagai  database dan AuC sebagai autentikasi.
        5            Teknologi jaringan LTE
Untuk dapat mewujudkan kriteria yang diinginkan, LTE harus menggunakan teknologi yang dapat mendukungnya. Teknologi yang digunakan dalam LTE adalah OFDM  (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), SC-FDMA  (Single Carrier FDMA), dan antena MIMO (Multiple Input Multiple Output). 
·         OFDM
OFDM adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah  frekuensi  (multicarrier) yang  saling  tegak  lurus  (orthogonal). Masing-masing  sub-carrier  tersebut  dimodulasikan  dengan  teknik  modulasi konvensional pada rasio symbol yang rendah. Dalam OFDM,  sub carrier dibuat menjadi ortogonal satu sama lain sehingga inter-carrier guard band tidak dibutuhkan. Ortogonal artinya puncak dari satu sub carrier bertepatan dengan null dari sub carrier yang berdekatan.
·         SC-FDMA
Single carrier FDMA hampir sama dengan OFDM, hanya saja tidak terjadi pembagian kanal menjadi beberapa subcarrier. Keuntungan SC-FDMA merupakan  perbaikan  dari  kekurangan OFDM,  yaitu memberikan  performa daya yang lebih efisien, PAPR rendah, dan mengurangi frekuensi offset.
·         Antena MIMO
Maksud  dari  MIMO  adalah  penggunaan  antena  penerima  dan pengirim yang jumlahnya lebih dari satu. Dengan penggunaan antena MIMO ini,  didapat  banyak  keuntungan, misalnya  peningkatan  throughput  data  dan link  range  tanpa  tambahan  bandwidth  atau  daya  transmisi,  Peningkatan spectral  efisiensi,  mengurangi  fading  (link  reability).  Berikut  merupakan gambaran antenna MIMO.

Keunggulan LTE:
  •  Bila koneksi ke LTE lambat, maka sinyal dapat dialihkan ke jaringan teknologi lain seperti GSM .
  •   LTE mempunyai spektrum antara 1,4 MHz sampai 20 MHz
  •   Di sisi transmisi, LTE menggunakan SC-FDMA untuk uplink dan OFDMA untuk downlink, yang dapat lebih efisiensi dalam penggunaan energi.
  •  dari sisi pengguna , banyak layanan menarik yang ditawarkan seperti VoIP, siaran TV langsung, dan lain- lain. Serta dapat mengoptimalkan layanan yang sudah sepeti MMS, pos-el, browsing yang anti delay
  • darii sisi antena , menggunakan antena MIMO yang dapat memungkinkan antena untuk melewatkan data berukuran besar yang sebelumnya dipecah dan dikirim secara terpisah.

referensi http://jilbaber-in-trouble.blogspot.com/2011/04/long-term-evolution-lte-lte-adalah.html


Sabtu, 17 Desember 2011

penerapan LTE di indonesia


LTE ditargetkan hadir pada tahun 2012, dapat digunakan di wilayah rural ataupun hot zone. LTE juga bisa diimplementasikan operator GSM ataupun CDMA. Perkembangan LTE di Indonesia nantinya akan bersamaan dengan kehadiran WiMAX. Salah satu operator di Indonesia, Telkomsel, memilih menerapkan teknologi LTE. XL juga menyatakan ketertarikannya pada LTE karena cocok untuk jaringan 3G dan HSDPA XL. Banyaknya operator GSM di Indonesia yang berencana mengimplementasi LTE karena LTE dianggap lebih mudah dibandingkan WiMAX yang membutuhkan perubahan besar-besaran pada infrastruktur operator GSM. Sehingga dari segi investasi LTE tiga kali lebih murah. Dari segi desain, LTE dan WiMAX berasal dari pasar yang berbeda, sehingga kehadiran keduanya tak mengancam satu sama lain.  Nokia Siemens Network (NSN) pada akhir tahun 2008 menghadirkan test bed sebagai tempat uji coba di bidang Information and Technology (ICT) dalam mewujudkan teknologi LTE. NSN membantu Telkomsel meningkatkan kapasitas layanan broadband nirkabel bergerak dengan Direct Tunnel, yang menyiapkan pondasi jaringan 4G berbasis IP dan LTE. Telkomsel telah mengimplementasikan Direct Tunnel di kawasan Jabodetabek. LTE merupakan teknologi pertama yang diratifikasi sebagai teknologi radio ‘Next Generation’ oleh Aliansi NGMN, dimana teknologi ini memenuhi persyaratan Aliansi NGMN berupa latency yang kurang dari 5ms dan pengaturan panggilan 100 ms disamping syarat lain seperti kepadatan panggilan dan kecepatan laju bit maksimum. Dengan bergabungnya LTE dengan varian Frequency Division Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD), maka terjadi evolusi dari UMTS, HSPA, dan TD-SCDMA. Jaringan Core yang berasosiasi dengan LTE juga memberikan jalan bagi jaringan CDMA-2000 untuk berintegrasi, sehingga dapat menjadikan LTE evolusi yang sesuai bagi banyak operator.
Penerapan LTE terhambat pada spektrum ketersediaan spektrum diperkirakan menjadi kendala Implementasi layanan berteknologi LTE atau teknologi telekomunikasi generasi 4 (4G) di Indonesia, meski operator seluler antusias melanjutkan evolusi ke teknologi tersebut. Implementasi LTE membutuhkan spektrum baru akan menuntut modal besar bagi operator. LTE akan digunakan operator seluler untuk mengisi kebutuhan di area yang sudah tidak tersedia lagi spektrumnya atau untuk memenuhi permintaan khusus, misalnya layanan internet berkecepatan 300 Mbps.. Teknologi broadband secara global umumnya menggunakan spektrum 2.5 GHz, 2.3 GHz, dan di 700 MHz serta 900 MHz. Spektrum 2.5 GHz di Indonesia digunakan untuk satelit milik PT Indovision dan spektrum 2.3 GHz digunakan untuk WiMax dan spektrum 700 MHz di Indonesia dialokasikan untuk transisi penyiaran televisi dari analog ke siaran digital, sedangkan 900 MHz dimanfaatkan untuk Layanan suara. Kemungkinan pita frekuensi lain dapat digunakan untuk LTE tetapi karena tidak umum, maka membutuhkan perangkat khusus. Sementara itu, membuat perangkat dengan banyak frekuensi pun membuatuhkan biaya yang mahal.
LTE adalah teknologi radio 4G yang masih dalam tahap pengembangan oleh 3GPP dengan kemampuan pengiriman data mencapai kecepatan 100 Mbit/s secara teoritis untuk downlink dan 50 Mbit/s untuk uplink. Kecepatan ini dapat dicapai dengan menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada downlink dan Single Carrier Frequency Division Multiplex (SC-FDMA) pada uplink, yang digabungkan dengan penggunaan MIMO. Nantinya seluruh jaringan pada teknologi LTE akan berbasiskan IP.
Teknologi LTE dirancang untuk menyediakan efisiensi spektrum yang lebih baik, peningkatan kapasitas radio, latency dan biaya operasional yang rendah bagi operator serta layanan pita lebar nirkabel bergerak kualitas tinggi untuk pengguna. Perubahan yang terjadi pada LTE dibandingkan standar sebelumnya ada tiga, yaitu air interface, jaringan radio, dan jaringan core.
 Pengguna dapat mengunduh dan mengunggah video beresolusi tinggi, mengakses email dengan lampiran besar, serta dapat melakukan video conference setiap saat. Kemampuan LTE lainnya adalah untuk mengoperasikan fitur Multimedia Broadcast Multicast Service (MBMS), yang sebanding dengan DVB-H dan WiMAX. Dengan data latency makin berkurang, para pengguna layanan tersebut kini dapat menikmati beragam layanan online yang terbilang berat seperti video high definition (HD) maupun game jaringan dengan lancar sekalipun pengguna sedang bergerak.
        1            Layanan LTE oleh provider Telkomsel
Demi mengejar kemajuan mobile broadband, Telkomsel memulai riset dan pengembangan (R&D) untuk pelayanan LTEMeskipun hanya berupa uji coba, namun LTE terbukti mampu membuat koneksi internet melebihi HSPA+ dengan kecepatan hingga 172 Mbps, sehingga koneksi lebih cepat dan berkualitas lebih baik. Hal ini tentu saja akan memungkinkan adanya true-on-demand television sampai Voice over Internet Protocol (VoIP) atau aplikasi lainnya yang membutuhkan data kecepatan tinggi.
        2            Layanan LTE oleh Provider XL
XL telah membuktikan jika perusahaannya berkomitmen untuk menggelar Layanan LTE. Namun hingga kini perusahaan telekomunikasi tersebut belum bisa memilih mana frekuensi yang pantas untuk teknologi komunikasi generasi keempat itu. Saat ini memang belum disepakati frekuensi mana yang digunakan untuk LTE. Namun frekuensi 700 Mhz merupakan frekuensi yang ideal secara pasar, pasalnya seluruh operator besar di AS menggunakan frekuensi 700 Mhz. Meski kebanyakan negara-negara lain di dunia malah menggunakan spektrum 2,6 Mhz.
        3            Layanan LTE oleh provider Indosat
LTE memang menawarkan kecepatan akses layanan data yang luar biasa, para pengguna diklaim bisa menikmati akses data dengan kecepatan tinggi hingga 150 Mbps. Akses cepat ini memberikan kenyamanan bagi penikmat video, khususnya yang bertipe high definition streaming video, pengguna layanan telepon internasional melalui VoIP (Voice over Internet Protocol), dan aplikasi lain yang menggunakan file besar.
Regulator memprediksi layanan LTE baru 2 hingga 3 tahun lagi bisa dinikmati secara komersial di Indonesia, karena merupakan hasil dari evolusi teknologi, pengguna diharapkan telah melewati seluruh tahap menuju layanan tersebut. Di Indonesia beberapa operator menyatakan siap melakukan uji coba setelah sebelumnya melakukan upgrade teknologi ke HSPA dan HSPA+, tetapi tidak sedikit yang memilih loncat langsung dari 3G atau 3,5G. Tak mau kalah dengan para kompetitornya.

Teknologi LTE


Berbeda dengan HSPA (High Speed Packet Access) yang diakomodir di dalam arsitektur Release 99 (R99) UMTS, 3GPP merumuskan layanan core paket baru yaitu arsitektur jaringan Enhanced Packet Core (EPC) untuk mendukung E-UTRAN melalui pengurangan elemen jaringan, penyederhanaan fungsi, penambahan redundansi dan yang terpenting adalah dimungkinkannya sambungan dan hand-over ke jalur tidak bergerak dan teknologi akses nirkabel lain. LTE adalah revoulsi jika ditunjau dari model bisnis dan teknologi namun sekaligus juga merupakan evolusi karena dapat beroperasi bersama secara kompatibel dengan GSM dan UMTS. Pada saat operator penyedia layanan telekomunikasi memperluas jaringan LTE seiring dengan meningkatnya pelanggan, sistem mereka pada saat ini yang berupa EDGE/HSxPA dan CDMA/EV-DO bisa ditata ulang. Spektrum yang pada saat ini digunakan untuk 2G dan 3G bisa secara bertahap untuk sistem LTE (refarming). Dengan demikian pengembangan jaringan dapat secara tepat mengakomodasi pertumbuhan data dan suara sekaligus menyesuaikan perkembangan jaman. LTE mempunyai radio access dan core network yang dapat mengurangi network latency dan meningkatkan performansi. LTE menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) sebagai teknologi akses radionya, disamping teknologi antena terdepan. Perubahan paling mendasar dari LTE dibanding standar sebelumnya terdiri dari penggunaan air interface untuk meningkatkan bit rate LTE dibangun di atas semua jaringan akses radio baru berdasar pada teknologi OFDM, air interface LTE menggabungkan modulasi berbasis OFDMA dan skema multiple akses untuk downlink, bersamasama dengan SCFDMA (Single Carrier FDMA) untuk uplink.
Efesiensi Spectrum LTE yang lebih besar memungkinkan operator untuk mendukung peningkatan jumlah pelanggan di dalam alokasi spektrum yang telah tersedia dan di masa depan, dengan pengurangan harga pengiriman per bit. Flexible radio planning dapat mengirim kinerja maksimum dalam ukuran sel dari sampai dengan 5 km. Dan masih mampu mengirimkan kinerja efektif di dalam ukuran sampai dengan radius 30 km, dengan kinerja yang lebih terbatas dapat tersedia dalam sel hingga 100 radius km. Reduced latency dengan mengurangi waktu penyampaian informasi hingga 10 ms atau bahkan lebih kurang, LTE akan lebih responsive. LTE melakukan transisi ke flat allIP berdasarkan core network dengan penyederhanaan arsitektur dan open interface. Untuk masalah pita spektrum yang sangat berpengaruh dengan kinerja jaringan, LTE dapat beroperasi pada standar IMT2000 (450, 850, 1800, 1900, 2100 MHz) maupun pada pita spektrum baru seperti 700 MHz dan 2,5 GHz. Alokasi pita lebar yang sangat fleksibel, mulai dari 1,4,3,5,10,15 hingga 20 MHz, menjanjikan fleksibilitas yang tinggi dalam penggunaan spektrum.