LTE ditargetkan hadir pada tahun 2012, dapat digunakan di wilayah rural ataupun hot zone. LTE juga bisa diimplementasikan operator GSM ataupun CDMA. Perkembangan LTE di Indonesia nantinya akan bersamaan dengan kehadiran WiMAX. Salah satu operator di Indonesia, Telkomsel, memilih menerapkan teknologi LTE. XL juga menyatakan ketertarikannya pada LTE karena cocok untuk jaringan 3G dan HSDPA XL. Banyaknya operator GSM di Indonesia yang berencana mengimplementasi LTE karena LTE dianggap lebih mudah dibandingkan WiMAX yang membutuhkan perubahan besar-besaran pada infrastruktur operator GSM. Sehingga dari segi investasi LTE tiga kali lebih murah. Dari segi desain, LTE dan WiMAX berasal dari pasar yang berbeda, sehingga kehadiran keduanya tak mengancam satu sama lain. Nokia Siemens Network (NSN) pada akhir tahun 2008 menghadirkan test bed sebagai tempat uji coba di bidang Information and Technology (ICT) dalam mewujudkan teknologi LTE. NSN membantu Telkomsel meningkatkan kapasitas layanan broadband nirkabel bergerak dengan Direct Tunnel, yang menyiapkan pondasi jaringan 4G berbasis IP dan LTE. Telkomsel telah mengimplementasikan Direct Tunnel di kawasan Jabodetabek. LTE merupakan teknologi pertama yang diratifikasi sebagai teknologi radio ‘Next Generation’ oleh Aliansi NGMN, dimana teknologi ini memenuhi persyaratan Aliansi NGMN berupa latency yang kurang dari 5ms dan pengaturan panggilan 100 ms disamping syarat lain seperti kepadatan panggilan dan kecepatan laju bit maksimum. Dengan bergabungnya LTE dengan varian Frequency Division Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD), maka terjadi evolusi dari UMTS, HSPA, dan TD-SCDMA. Jaringan Core yang berasosiasi dengan LTE juga memberikan jalan bagi jaringan CDMA-2000 untuk berintegrasi, sehingga dapat menjadikan LTE evolusi yang sesuai bagi banyak operator.
Penerapan LTE terhambat pada spektrum ketersediaan spektrum diperkirakan menjadi kendala Implementasi layanan berteknologi LTE atau teknologi telekomunikasi generasi 4 (4G) di Indonesia, meski operator seluler antusias melanjutkan evolusi ke teknologi tersebut. Implementasi LTE membutuhkan spektrum baru akan menuntut modal besar bagi operator. LTE akan digunakan operator seluler untuk mengisi kebutuhan di area yang sudah tidak tersedia lagi spektrumnya atau untuk memenuhi permintaan khusus, misalnya layanan internet berkecepatan 300 Mbps.. Teknologi broadband secara global umumnya menggunakan spektrum 2.5 GHz, 2.3 GHz, dan di 700 MHz serta 900 MHz. Spektrum 2.5 GHz di Indonesia digunakan untuk satelit milik PT Indovision dan spektrum 2.3 GHz digunakan untuk WiMax dan spektrum 700 MHz di Indonesia dialokasikan untuk transisi penyiaran televisi dari analog ke siaran digital, sedangkan 900 MHz dimanfaatkan untuk Layanan suara. Kemungkinan pita frekuensi lain dapat digunakan untuk LTE tetapi karena tidak umum, maka membutuhkan perangkat khusus. Sementara itu, membuat perangkat dengan banyak frekuensi pun membuatuhkan biaya yang mahal.
LTE adalah teknologi radio 4G yang masih dalam tahap pengembangan oleh 3GPP dengan kemampuan pengiriman data mencapai kecepatan 100 Mbit/s secara teoritis untuk downlink dan 50 Mbit/s untuk uplink. Kecepatan ini dapat dicapai dengan menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada downlink dan Single Carrier Frequency Division Multiplex (SC-FDMA) pada uplink, yang digabungkan dengan penggunaan MIMO. Nantinya seluruh jaringan pada teknologi LTE akan berbasiskan IP.
Teknologi LTE dirancang untuk menyediakan efisiensi spektrum yang lebih baik, peningkatan kapasitas radio, latency dan biaya operasional yang rendah bagi operator serta layanan pita lebar nirkabel bergerak kualitas tinggi untuk pengguna. Perubahan yang terjadi pada LTE dibandingkan standar sebelumnya ada tiga, yaitu air interface, jaringan radio, dan jaringan core.
Pengguna dapat mengunduh dan mengunggah video beresolusi tinggi, mengakses email dengan lampiran besar, serta dapat melakukan video conference setiap saat. Kemampuan LTE lainnya adalah untuk mengoperasikan fitur Multimedia Broadcast Multicast Service (MBMS), yang sebanding dengan DVB-H dan WiMAX. Dengan data latency makin berkurang, para pengguna layanan tersebut kini dapat menikmati beragam layanan online yang terbilang berat seperti video high definition (HD) maupun game jaringan dengan lancar sekalipun pengguna sedang bergerak.
1 Layanan LTE oleh provider Telkomsel
Demi mengejar kemajuan mobile broadband, Telkomsel memulai riset dan pengembangan (R&D) untuk pelayanan LTEMeskipun hanya berupa uji coba, namun LTE terbukti mampu membuat koneksi internet melebihi HSPA+ dengan kecepatan hingga 172 Mbps, sehingga koneksi lebih cepat dan berkualitas lebih baik. Hal ini tentu saja akan memungkinkan adanya true-on-demand television sampai Voice over Internet Protocol (VoIP) atau aplikasi lainnya yang membutuhkan data kecepatan tinggi.
2 Layanan LTE oleh Provider XL
XL telah membuktikan jika perusahaannya berkomitmen untuk menggelar Layanan LTE. Namun hingga kini perusahaan telekomunikasi tersebut belum bisa memilih mana frekuensi yang pantas untuk teknologi komunikasi generasi keempat itu. Saat ini memang belum disepakati frekuensi mana yang digunakan untuk LTE. Namun frekuensi 700 Mhz merupakan frekuensi yang ideal secara pasar, pasalnya seluruh operator besar di AS menggunakan frekuensi 700 Mhz. Meski kebanyakan negara-negara lain di dunia malah menggunakan spektrum 2,6 Mhz.
3 Layanan LTE oleh provider Indosat
LTE memang menawarkan kecepatan akses layanan data yang luar biasa, para pengguna diklaim bisa menikmati akses data dengan kecepatan tinggi hingga 150 Mbps. Akses cepat ini memberikan kenyamanan bagi penikmat video, khususnya yang bertipe high definition streaming video, pengguna layanan telepon internasional melalui VoIP (Voice over Internet Protocol), dan aplikasi lain yang menggunakan file besar.
Regulator memprediksi layanan LTE baru 2 hingga 3 tahun lagi bisa dinikmati secara komersial di Indonesia, karena merupakan hasil dari evolusi teknologi, pengguna diharapkan telah melewati seluruh tahap menuju layanan tersebut. Di Indonesia beberapa operator menyatakan siap melakukan uji coba setelah sebelumnya melakukan upgrade teknologi ke HSPA dan HSPA+, tetapi tidak sedikit yang memilih loncat langsung dari 3G atau 3,5G. Tak mau kalah dengan para kompetitornya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar